Senin, 22 Februari 2016

Akankah kita mengingkari kenikmatan yang telah kita dapatkan??

فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (13)
Ar-Rahman Surat ke 13

Ayat ini mungkin sudah tidak asing lagi didengar bahkan maknanya sudah menjiwa diseluruh hati para pencari hidayah dan ketengan hidup.
Hmmm,, apa yang membuat ayat ini tiba-tiba terbahas pada kali ini??

Aku, yang selama ini merasa terkekang dalam pilihanku sendiri, merasa tertekan dalam imajinasi hati dan fikiranku yang sempit bahkan merasa terhimpit dalam ruang yang tak ku ketahui berapa luasnya.

Kali ini, hari ini, datanglah seorang delegasi Allah SWT yang telah membawa tenang hati dan fikiranku. Disaat orang tua yang selalu mendukungku dan mengarahkanku ketika ku senang atau terjatuh tak bisa hadir untuk disampingku. Dimana teman-teman sekitar tak bisa merasakan atau memberi solusi maksimal atas apa yang terdera dalam hati dan fikiranku selama ini.

Aku merasa mual ketika kuliah matkul yang terlalu mendalam terhadap prodiku saat ini. Aku resah saat tugas-tugas berdatangan tanpa ku ketahui karena tak begitu memperhatikan dosen saat kuliah berlangsung. Aku merasa gundah karena beban fikiran yang diada-adakan.

Huftt,, mengesalkan.
Takutku, ini akan menjadi sebuah penyakit dimasa mendatang bila ku teruskan hingga akhir. (Lebay)

Dan saat pencerahan itu datang. Dosenku sebagai utusan ibu dari temn ibuku yang lumayan berpengaruh di pondok ini. Seorang ahli sosial politik yang mengajarkanku tentang dialog menenangkan.
Saat itu, aku sedang stabil. Tak ada alasan kuat untuk aku pergi dari sini. Inilah emosi sesaat yang dimaksudkan.

Aku adalah tipe orang yang perfeksionis, menuntut kesempurnaan dalam segala hal, begitupun dalam menutupi semua kegelisahan yang aku miliki. Nah,, mungkin inilah yang menjadikanku mual dan mulas,, duuhh

Ibu dan ayah begitu resahnya hingga terjadi hal yang demikian. Aku jadi malu, namun inilah wujud perhatian maksimal yang mampu diberikan padaku.

Setelah ini, aku akan berusaha maksimal untuk ku disini, dan untuk kita disini, serta untuk mereka disana, semua yang kucintai dan kusayangi.

Pergilah rasa mual dan mulas!!
Hukum, Jurnalistik, Ilkom, HI??? Just go be my Imagination!!
Let's list our pleasures today,, n next days!!

Selasa, 09 Februari 2016

Sesulit inikah untuk berkarya?

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Bila kita berbicara tentang sebuah potensi, bakat, kemampuan hingga prestasi dalam berkarya. Apa saja aspek yang menurutmu kalian berpengaruh didalamnya?

Okay, menurut analisa yang saya dapatkan dari realita kehidupan kampus yang saya jalani. Sebuah potensi dapat tergali dengan adanya usaha, kesempatan, pancingan dan motivasi. Sebuah bakat ada karena fitrah yang harus kita kembangkan sendiri untuk menjadi sebuah bakat yang bermutu. Kemampuan khusus seseorang muncu bila ada bidang yang menaungi dan memunculkan apa yang dia mampu. Dan pretasi akan menyusul seiring dengan doa, usaha keras, tekad yang kuat dan motivasi yang dalam.

Namun, apabila semua aspek yang berpengaruh untuk menopang semua potensi, bakat, kemampuan dan kreasi yang dimiliki oleh seorang atau sekelompok orang telah terpenuhi, ternyata ada saja penghalang untuk membuatnya terlihat dengan sebuah hasil dan penampilan. Apakah itu?  Peluang, niat yang satu dan penonton yang harus menyaksikan.

MENYEBALKAN!!
MENYEBALKAN!!
MENYEBALKAN!!

Apabila peluang itu begitu sempit, maka jangan korbankan hal penting lainnya. Apabila tujuan kita berbeda dalam hal berkarya dan berprestasi, maka kesampingkan egois dan saling memahami satu sama lain. Apabila kita butuh apresiasi atas apa yang kita persiapkan, maka, tak cukupkah kita pilih penonton yang menguntungkan dibanding penonton yang hanya butuh hiburan??
 Itu semua OMONG KOSONG.!!!

Aku berhenti, aku menyerah, aku tak bisa mempertahankan semuanya. Aku membenci semua yang hanya berjalan lurus memikirkan diri sendiri dengan satu tujuan dimana tujuan kita bukanlah hanya itu. Dan akhirnya, akankah aku menjadi orang yang seperti itu pula??

Maafkan aku yang egois untuk memberikan prestasi yang sebenarnya untuk NAMA KITA. Maafkan aku yang tak mengindahkan kebersamaan kita yang terlalu dipaksakan ini. Maafkan aku yang tak suka dengan kemonotonan ini, hal yang kalian perjuangkan sungguhlah terlalu biasa.

Byeee,,,

I hate this condition.